Kisah Teman Lama

"So, how about your last exam? Easy?"
Aku mendengus sebal sambil menggerutu di sepanjang koridor. Bagaimana tidak, sudah Sejarah adalah mata pelajaran yang membuatku pusing tujuh keliling ditambah kejadian aneh kembali menimpa. Seperti halnya minggu kemarin sepatuku hilang sebelah sehabis pulang dari lab dan baju olahraga yang mendadak lenyap, eh tahu-tahunya ada di tong sampah depan kelas.

Sungguh sangat menjengkelkan!

Dan lagi kejadian tadi amat menguras pikiranku. Bagaimana mungkin kertas jawaban yang sebagian telah terisi mendadak hilang setelah aku balik dari toilet, padahal sebelumnya kertas tersebut masih berada di atas meja. Untungnya guru pengawas memiliki kertas jawaban lain meski aku harus menjawab ulang dari awal.

"Ben, aku ngerasa ada yang aneh beberapa minggu ini."

Aku tidak tahu kenapa, tapi kejadian aneh ini sudah berlangsung sekitar dua minggu ke belakang. Bahkan aku sering dipanggil ke ruang BK atau ruang kepala sekolah, herannya ketika masuk ruangan ternyata tidak ada seorangpun guru yang memanggil murid bernama Alicia.

"Did you feeling something what I feel?"
Dan dengan mudahnya Beni menjawab. "Perasaanmu saja kali, Ca."

"Aku serius. Apa ini pertanda buruk ya?"

"Aku duarius. Kamu kira zaman jahiliah masih percaya ke tuyul."

"Tahayul kali Ben. Lagian aku tuh cuma mau mastiin, siapa tahu memang benar ada sangkut pautnya sama kamu."

Sontak Beni melirik ke arahku, lalu kembali fokus dengan jalannya. "Apaan? Perasaan nada bicaramu seperti menyalahkan."

"Makanya jangan pakai perasaan mulu. Nanti baper--"

"Alicia!"

Sejenak aku berhenti. Itu bukan suara Beni, itu suara renyah milik cewek yang tiba-tiba menghampiriku dan Beni. Dia..