Caraku untuk mencintainya.
Tak ada yang bisa menandingi intuisi manusia ketika berekspresi. Sekali pun merasa paling sempurna dari segalanya, tak harus ia memaksa hak orang agar terlihat sama.
Seperti aku yang dari dulu menjadi seorang pecandu. Pecandu yang diam-diam menggambarkan betapa indahnya paras menawan milik seseorang. Pecandu yang tenggelam dengan tulisan untuk menyuratkan segelintir perasaan tanpa ingin ketahuan.
Itulah cara paling jitu untukku tumpahkan rasa. Lewat uraian tinta sampai tersusun sebuah aksara penuh makna yang tercipta untuknya saja.
Maka dengan itu aku bebas mengaguminya. Bebas mengutarakan harapan tanpa takut kehilangan, bebas mengungkapkan alasan tanpa khawatir bakal rebutan dan tetap menjadikannya bahan demi bertahan dalam tulisan.
Anggap aku egois. Anggap aku apatis. Asal jangan anggap aku autis. Sebab aku tak ingin berbagi, tak ingin bercerita betapa mempesonanya dia. Biar aku saja yang merasa. Biar aku yang hanya mengetahuinya. Biar ku simpan dia dalam genggaman dan orang-orang memilih tidak mau tahu terhadapku.
Egois sangat kak hehe
BalasHapusNggak papa kak, egois itu bagus. Soalnya q iya
BalasHapus