Pengikut

Senin, 09 September 2019

Kuliah atau Tidak

Tulisan ini dibuat dengan sudut pandang aku sebagai seorang lulusan baru dari Sekolah Menengah Atas.

Kuliah atau enggak ya?

Itulah pertanyaan yang muncul dalam hati pas aku masuk semester akhir di SMA. Kala itu semua temen-temen udah sibuk berlomba-lomba memilih PTN berkualitas A, bersaing agar nilai SBM nanti luar biasa dan keterima sesuai keinginannya. Ada juga yang cuma santai-santai karena mau kerja atau ikut sekolah dinas negara. Dan masih banyak alasan lain yang mereka lontarkan untuk masa depannya. Tapi satu yang selalu mengganggu pikiranku, "kuliah atau engga ya?"

Segelintir kalimat itu selalu membuatku jemu. Aku selalu cemburu pada mereka yang cukup materi untuk meraih mimpi, nah sementara aku bukan apa-apa. Aku takut masa depanku tidak membanggakan. Aku takut mengecewakan semua orang di sekitar hidupku. Aku takut semua orang mengucilkanku kalau-kalau aku tidak bisa kuliah. Aku juga sangat takut jika masuk kuliah akan amat memberatkan beban orang tua karena biaya yang tidak biasa. Dan itu semua sangat mengganggu pikiranku di akhir-akhir waktu masuk Ujian Nasional.

Padahalkan ada beasiswa sama bidik misi? Lumayan toh buat ngurangin beban hidup?

Ya, dua hal tersebut memang sudah sangat familiar di telinga calon mahasiswa. Aku juga tahu kalau pemerintah sekarang sudah meringankan beban masyarakat kurang mampu untuk bisa berkuliah dan meraih ilmu. Banyak juga beasiswa bagi anak-anak cerdas yang mau berusaha agar kuliah tanpa mengeluarkan sedikitpun uang. Aku sadar betul akan hal itu. Aku juga sadar sangat akan kemampuanku.

Lantas kenapa tidak ambil jalur bidik misi aja? Kan itu bisa membantu.

Yeah of course it can help for a little bit, but as you know kalau bidik misi zaman sekarang itu sangat selektif. Apalagi di universitas ternama. cause I think aku harus coba dulu masuk kampus negeri. Nanti kalau sudah sangat kepepet baru aku ambil pilihan masuk yang swasta.

Okelah aku enggak mau berkepanjangan akan hal itu. Yang jelas saat itu aku hanya diam memperhatikan sekitar dan enggan berkomentar. Kalau pun ada yang nanya mau nerusin kemana, aku jawab aja, "Nanti kalian juga tahu. Orang kan engga peduli seberapa keras perjuangan kalian dalam meraih mimpi. Mereka itu cuma mau menilai seberapa besarnya penghasilan kalian nanti dan seberapa tingginya jabatan yang bakal kalian agungkan." Itu yang kebanyakan orang nilai. Tapi jauh dalam hati aku benar-benar dilanda kebingungan dan rasa khawatir. Aku harus gimana? Masa depanku nanti mau jadi seperti apa? kalau kerja mana ada yang lulusan SMA bisa menggali cukup harta dan segalanya terus saja mengganggu pikiran. Sampai di batas akhir ketika pengumuman kelulusan dipublikasikan, semuanya kocar-kacir khawatir.

Termasuk aku. But I always proud of myself segimanapun bodohnya aku dan segimanapun pintarnya aku. Aku tetaplah aku yang harus sukses tanpa memikirkan omongan orang. Karena sukses sebenarnya bukan berujung materi, tapi kita yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain.

Dan sekarang aku mulai bisa menerima dan bekerja untuk bisa makan dan menabung sedikit demi sedikit untuk masa depan yang lebih gemilang.

Thanks for reading.

Mungkin ini semua cuma curhatan belaka jadi ambil yang bergunanya saja ya :D


2 komentar:

Ulasan Cerpen Cerita Remaja

ULASAN CERPEN Titik Buta karya Mgal Orientasi Cerpen yang berjudul Titik Buta ini adalah sebuah karya dari MGal dan berhasil tembus...