Pengikut

Sabtu, 02 November 2019

Kisah Teman Lama 7

Alicia POV
Aku tidak pernah tahu bahwa hidup akan serumit ini. Aku kira semua akan berjalan sebagaimana kebanyakan orang menjalani keseharian tanpa sedikitpun merasa dirinya dalam masalah, tapi ternyata perkiraanku salah total. Aku pula berpikir bahwa setiap orang akan mencapai kehidupan yang membahagiakan di masa depan, tapi semua sudut pandang itu juga tidak mesti dibenarkan.
Karena hari ini masa depanku ditarik paksa oleh tiga orang lelaki yang tadi sempat menggoda di halte bus. Ruang penuh rumput liar dan lumut hijau yang hidup bebas pada dinding bata menjadi tempatku terlentang.
Aku ingin sekali berontak, memukul wajah brengsek mereka kalau saja tangan dan kakiku tidak diikat erat. Selain itu tubuhku tak bisa melawan lebih banyak, sebab obat yang berhasil mereka suntikan mampu membuat tubuhku sangat lemas dan pasrah menerima perlakuannya.
Seperti perlakuan lelaki yang kini asik membuka baju serta rok seragamku. Dia tersenyum menatapku sambil berkata. "Tenang gadis manis, semua akan berjalan lancar jika kamu menikmatinya."
Aku menggeleng, memejamkan mata saat dinginnya lantai menyentuh tubuhku yang tinggal berbalut bra dan celana dalam.
Aku takut ya Tuhan, aku sungguh takut.
Sontak mataku melotot saat tangan-tangan lelaki itu mulai meraba kulitku. Mereka memandang remeh dan salah satunya menurunkan sentuhan menuju perutku. Membentuk pola setengah lingkaran hingga ke pinggang. Sedangkan disini diriku sendiri hanya bisa bernapas gusar, tidak bisa berbuat apa-apa atas tindakan kotor mereka.
"Kumohon, tolong aku Tuhan. Aku mohon berikan aku kekuatan." batinku menangis.
Aku sungguh takut, apalagi saat tangan lelaki lainnya menyentuh dada atasku.
"Aku akan berlaku lembut jika kamu menurut." katanya.
Bajingan! Aku benci keadaan ini.
Keadaan yang memaksaku untuk terus diam tanpa suara. Membiarkan mereka menjamah tubuhku dengan senang hati. Sungguh aku tidak rela.
Tolong hentikan, kumohon.
"HENTIKAN!"
Seketika semua pasang mata mengarah pada datangnya suara. Menerka seseorang yang sekarang berdiri menghadapku. Seseorang yang masih berseragam sekolah dengan seragam yang sama persis seperti milikku yang kini tak berbentuk lagi.
Bara. Ya, dia Bara.
Meski pandanganku buram karena air yang mengenang aku tetap yakin dia Bara. Aku juga yakin sebentar lagi dia akan tersenyum melihatku seperti ini, tapi sial.. aku tak dapat lagi menahan air mata saat pandanganku bertemu dengannya. Bertemu dengan manik merah menyala milik Bara.
Kini semakin jelas bahwa dia memang Bara. Dan itu berhasil membuatku benar-benar sadar, mengingat bahwa kejadian ini merupakan perwujudan kata-katanya saat di lorong koridor tadi.
Aku mengalihkan pandangan. Menetralkan degup jantung yang berdetak tak karuan. Sungguh kenyataan ini sangat menyakitkan. Mengingat Bara adalah orang yang selalu menebar kebahagiaan walau kadang menyebalkan. Dia orang yang bertanggung jawab dan disenangi banyak orang meski tingkahnya yang berantakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ulasan Cerpen Cerita Remaja

ULASAN CERPEN Titik Buta karya Mgal Orientasi Cerpen yang berjudul Titik Buta ini adalah sebuah karya dari MGal dan berhasil tembus...